Monday, December 16, 2013

Cover Buku Santri Kalong


Novel Santri Kalong, proses pembuatan cover di kerjakan oleh M. Su'ud, sisi klasik dari desain cover ini ditonjolkan dengan tujuan memunculkan nuansa desa di senja hari dengan seorang anak muda yang akan pergi dengan menggunakan sepeda. Secara umum cover novel ini membangkitkan kenangan pedesaan dengan gambaran seorang santri yang tak menginap di pesantren, melainkan pulang pergi setiap hendak mengaji.

Novel santri kalong sendiri isinya mengenai kisah bangsa Indonesia yang sedang berjuang membangun reformasi untuk rakyatnya yang telah berjuang dalam pergantian rezim. Bagi generasi muda Indonesia, buku ini sangat penting dan harus dibaca. Untuk mengenal dan mencari tahu penggalan sejarah rontoknya sebuah rezim, dan proses peralihannya, menjadi negara yang lebih demokratis. Kisah belum usai, bacalah novel Santri Kalong, ada banyak hal Baik bisa ditemukan di dalamnya. Untuk membaca Review lebih menarik bisa dibaca di Republika: Santri Kalong.
Selain Review di Republika.co.id di atas, bisa juga dibaca mengenai novel ini yang dipaparkan oleh penulisnya M. Shoim Haris dalam blog Kompasiana, sebagai berikut:
Novel religious atau berlatarbelakang santri belum lama menyeruak dalam dunia sastra kita, meskipun kehidupan santri tidaklah bisa dibilang baru. Dalam wacana ilmu sosial telah lama mengkaji masyarakat santri, tunjuklah C Gertz yang mendefiniskan masyarakat Jawa ke dalam tiga kelompok; Santri, Priyayi dan Abangan. Kajian Gertz ini selanjutnya banyak ditolak banyak kalangan ilmuwan sosial Indonesia. Definisi seperti tersebut dianggapnya sudah kuno dan tak relevan lagi. Dalam pemahaman lama, Santri seringkali dipersepsikan ‘udik’, ndeso, pinggiran, jauh dari derap kemajuan zaman. KH Sholahuddin Wahid pengasuh pesantren Tebuireng Jombang– cucu pendiri NU KH Hasyim Asy’ari– mengatakan, “Santri hari ini tidak bisa dipersepsikan masyarakat pinggiran, dan budayanya sekarang telah masuk dalam mainstream budaya nasional. Novel atau film santri sekarang sudah digemari masyarakat, masuk sebagai best seller atau box office. Kaum santri juga telah mengalami mobilitas vertical yang cukup deras dalam struktur masyarakat Indonesia. Santri yang di pinggiran pelan-pelan menuju ke tengah dalam pusat struktur sosial.
Novel Santri Kalong karya aktivis pergerakan M Shoim Haris ini hendak merekam sebuah fenomena sosial yang melingkupi dunia santri. Shoim hendak mengatakan bahwa Santri di republik ini mempunyai kontribusi bagi setiap perubahan bangsa dan umat di nusantara. Novel Santri kalong merupakan buku kedua dari serial Santri dan Perubahan. Buku pertama, Gadis Penghafal Ayat yang telah terbit di pertengahan tahun 2012. Dalam buku pertama, Gadis Penghafal Ayat, memotret suasana kebatinan bangsa Indonesia menjelang kejatuhan Orde Baru. Seorang gadis penghal al-Qur’an yang diinspirasi nukilan sebuah kitab kuning ‘al-Hikam’ berbunyi ‘ wushuluka ilallah wushuluka ilal ilmi’ (sampaimu pada Allah adalah sampaimu pada ilmu). Nukilan itu menghentakkan pikirannya untuk bersemangat mengejar ilmu pengetahuan di manapun berada. Perkenalannya dengan seorang wartawan, Anto telah menghantarkannya menjadi seorang aktivis pergerakan 98 yang akhirnya menumbangkan Orde Baru. Novel pertama berakhir saat Lai mengetahui Presiden Suharto lengser dan digantikan Wakil Presiden Habibie. Lai sujud syukur di dalam ruangan asing tempatnya diisolasi (diculik).
Kalau dalam novel Gadis penghafal Ayat penuturnya adalah Lai gadis penghafal ayat, sedangkan dalam Santri Kalong penuturnya adalah Anto wartawan yang dicintai Lai. Anto adalah anak dari keluarga miskin yang bercita-cita menjadi santri tulen, dengan bermukim di pondok pesantren. Karena kemiskinan keluarganya ia hanya mampu menjadi santri kalong (santri yang tak menginap di pesantren). Karena pershabatannya dengan santri mukim bernama Rohman, ia terus memupuk asa memperjuangkan kehidupan yang perih. Dengan bekal kesungguhan dan kecerdasannya ia bisa melalui kesulitan dan lulus di sebuah perguruan tinggi, dan menghantarkannya menjadi wartawan. Pergaulannya dengan dosen kritis membuatnya sadar tentang keadaan negerinya. Ia mulai menggeluti persoalan kemasyarakatan dan pergerakan. Dunia yang akhirnya menjebloskannya berhadapan dengan aparat yang kejam saat itu. Anto menjalani penculikan seperti yang dialami Lai perempuan yang dicintainya.
Novel berlatar santri ini ber beda dengan novel religi yang sekarang bertebaran di toko buku. Shoim yang seorang aktivis pergerakan hendak menyampaikan sebuah perjalan bangsa Indonesia melalui era reformasi. Novel ini menjadi berbeda dan unik karena bukan hanya sebuah cerita yang dibalut plot yang menarik tetapi kaya dengan perdebatan seputar wacana keagamaan, sosial, filsafat dan pergerakan. Agaknya shoim sedang merintis genre baru dalam penulisan novel di Indonesia yang mengkonsentrasikan penulisan sastra pemikiran dan pergerakan.
Novel ini mendapatkan respon yang positif dari banyak kalangan, sebagai novel yang memperkaya kazanah pemikiran dan pergerakan di Indonesia. Tentu novel seperti ini akan bernilai bagi generasi sekarang yang tidak mengalami era 98 ataupun sebagai informasi bagi generasi mendatang. Shoim tidak hanya memotret persitiwa dalam sebuah perubahan tetapi juga berusaha menggali pergulatan pemikiran yang melatarbelakangi sebuah perubahan negeri ini.
(Lensa Indonesia)

No comments:

Post a Comment